Akhir-akhir aku terus menggeleng kepala
melihat tontonan televisi yang semakin tak mendidik. Pembodohan karakter anak
bangsa. Pintar sekali. Melalui tayangan televisi yang tiap hari dipertontonkan
dan dilihat oleh anak-anak yang belum cukup umur merupakan hal yang sangat
mudah untuk meracuni mental para calon generasi bangsa. Siapa lagi yang harus
disalahkan kalau begitu. Apakah para orang tua bisa selalu mengawasi anak-anak
mereka setiap menitnya? Bagaimana dengan para orang tua yang terlalu sibuk
dengan pekerjaannya, bahkan untuk mengurus anaknya sendiri mereka rela
mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk menyewa pengasuh. Lalu salah siapa? Apa
salah pemerintah? Lembaga penyiarankah? Heran aku, terlalu banyak masalah
di negri ini. Apa aku harus pindah
keluar negri atau menjadi TKW? Ah, rasa-rasanya tidak. Aku tak ingin seperti Munaroh
yang pulang dari negri tetangga dengan meninggalkan bekas setrika di punggung,
tangan, wajah dan kaki. Atau seperti Surti yang pulang dengan membawa oleh-oleh
anak dari majikannya. Sialan, mereka pikir bisa membeli harga diri orang
Indonesia dengan rupiahan apa?! Mereka pikir telah membeli budak Indonesia,
bukannya menyewa jasa pembantu orang Indonesia. Dasar bedebah!
Dulu boleh kami
dijajah tapi tidak lagi untuk sekarang. Tapi kupikir bangsa Indonesia kini
sedang dijajah. Dijajah oleh tayangan tak bermoral, sistem ekonomi kapitalis
yang menginjak pedagang kecil, pendidikan tak merata dan segudang masalah yang
menimpa bangsa ini. Aku jadi ingin menangis. Mungkin Indonesia juga, tapi air
mata ibu pertiwi sudah terlalu kering untuk ditumpahkan lagi. Terlalu banyak.
Terlalu banyak yang perlu ditangisi. Terlalu banyak masalah yang harus
diselesaikan. Terlalu banyak hutang yang perlu dibayar hingga janin dalam
kandungan pun perlu menanggung hutang negara ini. Apakah satria piningit itu
akan betul-betul ada? Atau dia hanya dongeng dalam kisah pewayangan semata?
Atau jika betul-betul ada, kami betul-betul menunggumu untuk bisa membuat ibu
pertiwi kembali tersenyum. Kami betul-betul menunggumu…
Bandung,
27 november 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar